matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200
  • BERANDA
  • TULISAN
    • INDONESIA
    • KEMILITERAN
    • NUSANTARA
    • PUSTAKA
  • TENTANG KAMI
  • KONTAK
✕

The East (Bukan) Soal Sinematografi Semata

Dalam trailer yang sudah dirilis pada 8 Mei 2020 lalu, tampak adegan-adegan yang terbingkai dalam suara seorang tentara Belanda yang berdoa.

Lalu, apakah doa itu diperdengarkan untuk menjalankan aksi militernya nanti, untuk menjajah? Untuk mendukung kesuksesan program pemerintah Belanda menggenggam kembali tanah jajahan? Atau malah untuk menyediakan jalan bagi kemerdekaan negeri bekas koloninya itu?

Lihat saja nanti.

Sebab, selain pada film, persepsi-persepsi sudah pasti melekat juga dalam bacaan sejarah. Keduanya bisa saling menguatkan atau malah justru saling berbenturan.

Yang jelas, sebagai tentara, doa itu dipanjatkan tentu karena mereka akan mempertaruhkan nyawa dalam menjalankan tugas negara. Nyawa siapapun itu, entah nyawanya sendiri atau nyawa lawannya.

Jelas pula bahwa, suara doa itu tidak memohon kesuksesan bagi jalan teror, penindasan, atau bahkan pembantaian.

Tuhan, bagi siapapun, merupakan sumber permohonan. Karenanya dalam konteks ini, seorang maling yang akan mencuri pun akan berdoa yang sama kepada tuhan-Nya, demi kelancaran misinya dengan mencuri.

Sebagai penganut Kristiani yang taat, tentara Belanda dalam film ini tengah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Jika diperhatikan, kalimat dalam doanya pun senada dengan lirik pada Het Wilhemus, lagu kebangsaan Belanda.

Yaitu, negeri Belanda yang dahulu pun diperjuangkan untuk menolak tirani. Sehingga Tuhan menganugerahi Oranje van Nassau tanah merdeka, seperti dianugerahinya David dengan negeri Israel.

Hanya saja, kali ini patriot-patriot Belanda menerima tugas yang mengirimkannya jauh ke Timur, ke negeri orang. Sehingga, nyawa prajurit Belanda yang akan bertempur dan dipertaruhkan hidup-matinya itu bukan untuk membela kampung halaman mereka sendiri.

De Oost atau The East, di dalam film ini juga terdapat tokoh Westerling. Lalu, citra apakah yang hendak disampaikan melalui film ini?

Yang menarik, dalam kalimat akhir doa dalam trailer film itu, tentara Belanda itu berucap, “Dan janganlah masukkan kami dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.”

Maka, maknailah pesannya dalam semiotika sebagai orang Indonesia, bukan hanya Belanda. Juga sebagai manusia yang memiliki fitrah naluri merdeka, mau itu sebagai sipil ataupun militer, sebagai Belanda maupun Indonesia.

@matapadi

Sumber video ada pada tautan di laman Youtube ini.

Share

Cari di Matapadi :

✕

Artikel Pilihan :

  • Peristiwa Minggu Palma, Pengalaman Buruk Brimob Batalion Teratai
  • Amji Atak, dari Pahlawan Menjadi Ksatrian
  • Prayitno, Antara Kopasandha dan Brimob
  • Sniper: Membunuh dalam Kesunyian
  • Perang Sunggal, Perjuangan Soal Martabat dan Kedaulatan

Artikel Terbaru :

  • Medhang Bhumi Mataram: Hegemoni Peradaban dan Kekuasaan Jawa Kuno Abad Ke-8 Hingga Ke-10 Masehi
    December 8, 2022
  • Kronik ORI: Oeang Republik Indonesia 1945-1950
    December 1, 2022
  • How to Check and Fix Corrupt Registry in Windows
    October 26, 2022
  • Surabaya Klasik: Dari Airlangga hingga Hayam Wuruk (1019–1389)
    September 7, 2022
  • PEMAKAMAN SUKARNO TAK SESUAI WASIAT?
    June 21, 2022

Matapadi Pressindo

Jalan Tanjung/TJ No. 64 RT. 33 RW. 09, Kampung Sorogenen, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta
Umbulharjo, Kota Yogyakarta
D.I. Yogyakarta 55162. 0817-9407-446

© 2023 Matapadi. All Rights Reserved.