matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200
  • BERANDA
  • TULISAN
    • INDONESIA
    • KEMILITERAN
    • NUSANTARA
    • PUSTAKA
  • TENTANG KAMI
  • KONTAK
✕

Mantan Dubes Australia, Sabam Siagian (kiri) dan Mantan Menlu Ali Alatas.

Diplomat-Diplomat Kancil

Mantan Dubes Australia, Sabam Siagian (kiri) dan Mantan Menlu Ali Alatas.

Suatu waktu di tanggal 19 November 1991, Menlu Ali Alatas bertanya kepada Dubes RI untuk Australia, Sabam Siagian. “Kau bayar berapa sama wartawan itu?”

Pertanyaan Ali Alatas mengarah pada wawancara Sabam dengan senior Australia, Greg Sheridan, yang dimuat pada halaman muka harian The Australian dengan judul Lecturing Indonesia is not the Interest of Australia in the Long Run.

Dari judulnya sudah terlihat bahwa nada tulisan Greg bernada simpatik terhadap pemerintah Soeharto. Padahal, media Australia umumnya ketika itu sinis dan sering menyerang Jakarta.

Sabam kaget. Tapi kemudian menjawab dengan santai. “Not a single cent. The key is one”.

“What do you mean?” Ali Alatas penasaran dengan maksud jawaban Sabam.

“It is Wahid.”

“Who is Wahid?”

“He is my colleage at the Embassy, and Greg is his best friend.” Sabam menjawab santai kepada Ali Alatas.

Menlu pun terbahak-bahak setelah mengetahui bagaimana Greg Sheridan berhasil “dijinakkan” oleh Dubes Sabam Siagian.

Untuk urusan Timor-Timur di Australia, pernah Sabam dibikin jengkel. Tetapi ia selalu tidak kehabisan akal. Ia menyuruh stafnya yang bernama Wahid agar naik mobil berplat DC (Diplomatic Corp) dan mondar-mandir di muka tent embassy. Tent Embassy adalah istilah bagi aktivis Aborigin yang mendirikan tenda di depan gedung parlemen lama sebagai bentuk protes atas perlakuan pemerintah (kulit putih) terhadap mereka.

Oleh Sabam, Wahid juga disuruh supaya berhenti sebentar untuk mengajak ngobrol orang-orang Aborigin di situ. Entah apa maksud Sabam. Karena sesudahnya Wahid juga tidak dimintai laporan apa-apa selain bahwa dirinya sudah selesai melaksanakan tugas mondar-mandir dan ngobrol sesuai dengan yang diperintahkan.

Keesokan harinya, sesuatu yang unik terjadi. Muncul berita di televisi, menyebut ada diplomat Indonesia yang berbincang dengan aktivis Aborigin.

Rupanya inilah cara Sabam membalas kejengkelan atas berdirinya “Tenda Timor Letse” di depan Gedung KBRI. Walaupun sudah beberapa kali mengajukan protes untuk menggusur mereka, Pemerintah Australia tidak melakukan tindakan apa-apa karena dianggap tidak melanggar aturan dan itu bagian dari kebebasan mengeluarkan pendapat.

Dan benar juga. Beberapa waktu kemudian Tenda Timor Letse pun digusur.

Di kemudian hari, Wahid yang disuruh-suruh oleh Sabam itu pun menjadi Dubes RI untuk Australia, Uni Emirat Arab, lalu terakhir untuk Rusia merangkap Belarusia. Di semua penempatannya itu, Wahid sama kancilnya dengan Sabam.[]

Artikel: Wahid Supriyadi, 2020., Diplomasi Ringan dan Lucu, Yogyakarta: Buku Litera.

Share

Cari di Matapadi :

✕

Artikel Pilihan :

  • Peristiwa Minggu Palma, Pengalaman Buruk Brimob Batalion Teratai
  • Amji Atak, dari Pahlawan Menjadi Ksatrian
  • Prayitno, Antara Kopasandha dan Brimob
  • Sniper: Membunuh dalam Kesunyian
  • Perang Sunggal, Perjuangan Soal Martabat dan Kedaulatan

Artikel Terbaru :

  • Medhang Bhumi Mataram: Hegemoni Peradaban dan Kekuasaan Jawa Kuno Abad Ke-8 Hingga Ke-10 Masehi
    December 8, 2022
  • Kronik ORI: Oeang Republik Indonesia 1945-1950
    December 1, 2022
  • How to Check and Fix Corrupt Registry in Windows
    October 26, 2022
  • Surabaya Klasik: Dari Airlangga hingga Hayam Wuruk (1019–1389)
    September 7, 2022
  • PEMAKAMAN SUKARNO TAK SESUAI WASIAT?
    June 21, 2022

Matapadi Pressindo

Jalan Tanjung/TJ No. 64 RT. 33 RW. 09, Kampung Sorogenen, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta
Umbulharjo, Kota Yogyakarta
D.I. Yogyakarta 55162. 0817-9407-446

© 2023 Matapadi. All Rights Reserved.