matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200matapadi-logo-2-200
  • BERANDA
  • TULISAN
    • INDONESIA
    • KEMILITERAN
    • NUSANTARA
    • PUSTAKA
  • TENTANG KAMI
  • KONTAK
✕

A.M. Sangaji Si Jago Tua


Tak banyak yang mengenalnya, kecuali dikenal sebagai sebuah nama jalan di kota seperti Yogyakarta, Samarinda dan salah satu jalan di wilayah Jakarta Pusat. Dalam kisahnya, setelah 17 Agustus 1945, A.M Sangaji lebih dikenal dengan sebutan “Jago Tua” seperti yang tertulis di beberapa surat kabar ibukota Republik, Yogyakarta. Belanda dan Jepang yang tahu tentang kedudukan penting A.M Sangaji menyebutnya sebagai “Pemimpin Tua”.

A.M Sangaji Lahir di Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku, dan berasal dari keluarga Sangaji Hatuhaha. Sangaji sendiri merupakan gelar untuk wakil Kesultanan Ternate pada masanya di Pulau Haruku. Ia dikenal pula sebagai sahabat dari guru para pendiri bangsa, H.O.S Tjokroaminoto.

Bahkan, dalam membendung upaya di-komuniskan-nya Sarekat Islam oleh gerakan Alimin, Darsono dan Semaoen Cs, di Semarang, A.M Sangaji termasuk tokoh yang diajak oleh Tjokroaminoto bersama-sama tokoh lainnya seperti Agus Salim, Moehammad Roem, Ahmad Dahlan, Abdoel Moeis serta Kartosuwirjo. Dan, mereka pun mendirikan Partai Sarekat Islam Hindia Timur yang kemudian diubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

***

Saat mendengar Proklamasi 17 Agustus 1945 telah dibacakan, Sangaji segera mengkoordinir sebuah perjalanan panjang yang dilakukan oleh tiga grup dari Samarinda ke Banjarmasin, yakni untuk bertemu dengan pimpinan BPRI (Organisasi pendidikan yang didirikannya pada 1920-an di Samarinda) sekaligus mengabarkan tentang Proklamasi Kemerdekaan, mengibarkan bendera, dan memberikan kesadaran kepada rakyat di daerah-daerah yang dilaluinya.

A.M Sangaji akhirnya ditangkap Belanda pada April 1946, dan dipenjara di Banjarmasin.

Dalam sesaknya jeruji penjara yang penuh oleh para pejuang, A.M Sangaji masuk dengan gagah. Ia mengepal tangan sembari meneriakkan pekik “merdeka” yang disambut dengan nyanyian lagu Indonesia Raya.

Keriuhan itu tak mampu diredam oleh para polisi Belanda.

Lepas dari penjara Banjarmasin, A.M Sangaji lalu menyeberang ke Jawa. Ia kemudian memimpin Laskar Hisbullah yang berpusat di Yogyakarta.

Sangaji tewas tertembak tentara Belanda ketika Agresi Militer Belanda I di Yogyakarta tahun 1947. Ia gugur sebagai seorang pejuang. Dan, oleh Pemerintah RI ia diangkat sebagai salah seorang Pahlawan Perintis Kemerdekaan.

Kini, nama Jalan A.M Sangaji adalah bukti harumnya sebuah perjuangan dari orang Maluku. Ia yang datang dan gugur demi melapangkan jalan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Referensi: bubuhanbanjar.wordpress.com, ghazalihasan.com

Share

Cari di Matapadi :

✕

Artikel Pilihan :

  • Peristiwa Minggu Palma, Pengalaman Buruk Brimob Batalion Teratai
  • Amji Atak, dari Pahlawan Menjadi Ksatrian
  • Prayitno, Antara Kopasandha dan Brimob
  • Sniper: Membunuh dalam Kesunyian
  • Perang Sunggal, Perjuangan Soal Martabat dan Kedaulatan

Artikel Terbaru :

  • Medhang Bhumi Mataram: Hegemoni Peradaban dan Kekuasaan Jawa Kuno Abad Ke-8 Hingga Ke-10 Masehi
    December 8, 2022
  • Kronik ORI: Oeang Republik Indonesia 1945-1950
    December 1, 2022
  • How to Check and Fix Corrupt Registry in Windows
    October 26, 2022
  • Surabaya Klasik: Dari Airlangga hingga Hayam Wuruk (1019–1389)
    September 7, 2022
  • PEMAKAMAN SUKARNO TAK SESUAI WASIAT?
    June 21, 2022

Matapadi Pressindo

Jalan Tanjung/TJ No. 64 RT. 33 RW. 09, Kampung Sorogenen, Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta
Umbulharjo, Kota Yogyakarta
D.I. Yogyakarta 55162. 0817-9407-446

© 2023 Matapadi. All Rights Reserved.