historyhistoryhistoryhistory
  • Sample Page
  • Stories
  • home_bandw_step3
  • About
  • Contact
  • Buy now
Published by Bp0ya*&SKh(lUSvgM0zbqy7L on July 15, 2020
Categories
  • Indonesia
  • Kemiliteran
Tags
  • Indonesia
  • militer
  • sejarah

The East (Bukan) Soal Sinematografi Semata

Dalam trailer yang sudah dirilis pada 8 Mei 2020 lalu, tampak adegan-adegan yang terbingkai dalam suara seorang tentara Belanda yang berdoa.

Lalu, apakah doa itu diperdengarkan untuk menjalankan aksi militernya nanti, untuk menjajah? Untuk mendukung kesuksesan program pemerintah Belanda menggenggam kembali tanah jajahan? Atau malah untuk menyediakan jalan bagi kemerdekaan negeri bekas koloninya itu?

Lihat saja nanti.

Sebab, selain pada film, persepsi-persepsi sudah pasti melekat juga dalam bacaan sejarah. Keduanya bisa saling menguatkan atau malah justru saling berbenturan.

Yang jelas, sebagai tentara, doa itu dipanjatkan tentu karena mereka akan mempertaruhkan nyawa dalam menjalankan tugas negara. Nyawa siapapun itu, entah nyawanya sendiri atau nyawa lawannya.

Jelas pula bahwa, suara doa itu tidak memohon kesuksesan bagi jalan teror, penindasan, atau bahkan pembantaian.

Tuhan, bagi siapapun, merupakan sumber permohonan. Karenanya dalam konteks ini, seorang maling yang akan mencuri pun akan berdoa yang sama kepada tuhan-Nya, demi kelancaran misinya dengan mencuri.

Sebagai penganut Kristiani yang taat, tentara Belanda dalam film ini tengah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Jika diperhatikan, kalimat dalam doanya pun senada dengan lirik pada Het Wilhemus, lagu kebangsaan Belanda.

Yaitu, negeri Belanda yang dahulu pun diperjuangkan untuk menolak tirani. Sehingga Tuhan menganugerahi Oranje van Nassau tanah merdeka, seperti dianugerahinya David dengan negeri Israel.

Hanya saja, kali ini patriot-patriot Belanda menerima tugas yang mengirimkannya jauh ke Timur, ke negeri orang. Sehingga, nyawa prajurit Belanda yang akan bertempur dan dipertaruhkan hidup-matinya itu bukan untuk membela kampung halaman mereka sendiri.

De Oost atau The East, di dalam film ini juga terdapat tokoh Westerling. Lalu, citra apakah yang hendak disampaikan melalui film ini?

Yang menarik, dalam kalimat akhir doa dalam trailer film itu, tentara Belanda itu berucap, “Dan janganlah masukkan kami dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.”

Maka, maknailah pesannya dalam semiotika sebagai orang Indonesia, bukan hanya Belanda. Juga sebagai manusia yang memiliki fitrah naluri merdeka, mau itu sebagai sipil ataupun militer, sebagai Belanda maupun Indonesia.

@matapadi

Sumber video ada pada tautan di laman Youtube ini.

Share
0
Bp0ya*&SKh(lUSvgM0zbqy7L
Bp0ya*&SKh(lUSvgM0zbqy7L

Related posts

Rakyat jawa Barat yang hijrah di hadapan inspeksi tentara Belanda. Sumber: Nationaal Archief.

May 29, 2024

Cerita Orang Biasa dalam Perang Kemerdekaan


Read more
June 5, 2023

MAYOR KAWILARANG DAN HARTA KARUN JEPANG


Read more
June 21, 2022

PEMAKAMAN SUKARNO TAK SESUAI WASIAT?


Read more
The East (Bukan) Soal Sinematografi Semata
Contact with us:

Nullam viverra consectetuer quisque cursus et, porttitor risus.


61 (0) 383 766 284


noreply@envato.com

Localization:

Envato
Level 13, 2 Elizabeth St
Victoria 3000
Australia

© 2025 Betheme by Muffin group | All Rights Reserved | Powered by WordPress